Sinar di Balik Khilaf

Di sebuah kota kecil yang terhampar di antara pegunungan, hiduplah seorang ayah bernama Pak Budi. Dia adalah seorang yang bijaksana dan penyayang, yang selalu berusaha menjadi teladan bagi anaknya, Ani. Ani adalah seorang gadis yang ceria dan penuh semangat, tapi kadang juga keras kepala seperti sang ayah.

Suatu hari, ketika matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya, Ani dan sahabatnya, Budi, terlibat dalam perdebatan kecil di halaman belakang rumah mereka. Mereka bertengkar tentang sesuatu yang sepele, namun suara mereka mulai terdengar semakin keras dan panas.

Pak Budi yang sedang duduk di teras rumah, mendengar keributan itu. Hatinya mulai gelisah. Dia berjalan mendekati tempat mereka bertengkar, mencoba menenangkan mereka dengan sabar. Namun, begitu dia mendengar ucapan Ani yang sedikit kasar, hatinya terusik.

Tanpa memikirkan kata-kata, Pak Budi merasa terpancing emosinya. Dia memisahkan Ani dan Budi dengan kasar, memarahi mereka dengan nada tinggi. Tatapan tajamnya membuat kedua anak itu terdiam.

Setelah beberapa saat, suasana menjadi hening. Ani menatap ayahnya dengan tatapan kecewa, sedangkan Budi hanya menundukkan kepala, merasa bersalah atas pertengkaran tadi. Pak Budi, setelah melihat ekspresi mereka, merasa menyesal atas tindakannya yang tadi.

Merasa bersalah, Pak Budi mengajak Ani dan Budi ke teras rumah. Mereka duduk bersama di bawah sinar matahari yang mulai bersinar terang. Dengan suara yang lembut, Pak Budi mulai bercerita tentang masa kecilnya, tentang bagaimana dia juga pernah bertengkar dengan ayahnya, dan betapa pentingnya belajar mengendalikan emosi.

Ani dan Budi mendengarkan dengan seksama, wajah mereka mulai memperlihatkan sedikit kerinduan dan penyesalan atas pertengkaran mereka tadi. Mereka merasa bersyukur memiliki seorang ayah yang selalu peduli dan bijaksana seperti Pak Budi.

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, mereka berpelukan erat. Pak Budi meminta maaf atas tindakannya tadi, sementara Ani dan Budi juga berjanji untuk lebih bijaksana dalam menyelesaikan konflik di masa depan.

Dari pertengkaran kecil itu, mereka belajar tentang pentingnya mengendalikan emosi dan memahami sudut pandang orang lain. Mereka menyadari bahwa kadang-kadang, kesalahan yang terjadi adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh lebih baik bersama.

Tinggalkan Komentar

Komentar

  • Dewa
    Kamis, 18 April 2024
    Ksemoga Kabar Sukowati tambah maju