Pemdes Bonagung Gelar Sosialisasi Pendirian Pabrik Sepatu, FKPB Tolak Jual Tanah

TANON, Kabarsukowati – Polemik pembebasan lahan sawah petani di desa Bonagung, Tanon belum menemukan titik temu. Para petani yang tegabung dalam Forum Komunikasi Petani Bersatu (FKPB) menolak sosialisasi pendirian pabrik sepatu di desa Bonagung dan menolak menjual tanahnya kepada PT. TKG. TAEKWANG INDONESIA.

Sosialisasi digelar di balai desa Bonagung dengan dihadiri kepala Desa Bonagung beserta perangkatnya, perwakilan PT. TKG. TAEKWANG INDONESIA, notaris, petugas bank BRI dan BTN hingga tokoh agama, Rabu (21/12). Namun para pemilik lahan yang menolak menjual tanahnya itu tiba-tiba membubarkan diri ketika Kepala Desa belum selesai menyampaikan sambutannya.

Hal tersebut ditengarai saat ketua BPD desa Bonagung, Sunarto melakukan interupsi dan mempertanyakan tentang acara sosialisasi tersebut yang sama sekali tidak melibatkan BPD sebagai mitra Pemerintah Desa Bonagung. Sunarto, dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa dia selaku Ketua BPD baru mendapatkan undangan pada hari Selasa, 20 Desember 2022 sekitar pukul 17:52 WIB, itupun hanya melalui pesan WhatsApp.

“Kami sebagai mitra pemerintah desa saja tidak tahu acara  sekursial ini dan kami bahwa sebagian undangan justru diedarkan oleh perwakilan perusahaan, bukan oleh perwakilan Pemerintah Desa Bonagung selaku penyelenggara,” ungkap Sunarto.


Sementara itu Thonie sekretaris dan menjadi wakil anggota FKPB juga ikut melakukan interupsi. Kali ini dia mempertanyakan jaminan penghentian proses pembebasan lahan terhadap petani yang tetap pada pendiriannya untuk menolak menjual tanahnya. 

“Kami sudah menyampaikan bahwa tidak perlu ada sosialisasi, karena apa? Karena kami sudah sepakat bahwa tidak menjaual tanah, dan itu harga mati.” Kata Thonie, yang kemudian kembali diikuti sorak sorai dari warga yang menolak menjual tanahnya.  

Menurutnya, sosialisasi tersebut sudah terlambat, karena proses pembebasan lahan telah berjalan dalam waktu yang sangat lama. Sebelumnya bahkan tim pembabasan lahan telah berkali-kali mendatangi rumah warga terkait pembebasan lahan guna pendirian pabrik sepatu tersebut, padahal berkali-kali itu pula warga tetap menolak menjual tanahnya karena mereka tetap ingin menggarap tanahnya yang merupakan tanah produktif. Pemilik lahan yang menolak menjual tanahnya juga telah dibenturkan dengan warga yang mendukung pendirian pabrik di Bonagung. Hal itulah yang membuat petani merasa resah dan lelah, sehingga sebelum sosialisasi dilanjutkan mereka menuntut ada jaminan penghentian proses pembebasan lahan, khususnya bagi petani yang menolak menjual tanahnya.

 Namun demikian, seluruh pihak yang hadir ternyata tidak ada satu pun yang berani menjawab dan memberikan jaminan tersebut. Karena itulah, saat itu juga akhirnya warga meninggalkan acara sosialisasi tersebut meskipun baru dimulai. Meskipun pemilik lahan telah membubarkan diri, tetapi acara tetap dilanjutkan dengan peserta yang hampir seluruhnya tidak memiliki tanah. (Ntzn)


Tinggalkan Komentar

Komentar