Kisah Warga Poleng Gesi, Krisi Air Kala Kemarau Memuncak

SRAGEN, Kabarsukowati – Fenomena kekeringan di Indonesia mulai menghebat di bulan Agustus ini. Musim kemarau yang dikombinasikan dengan fenomena El Nino ditengarai menjadi penyebab utamanya. Upaya penanggulangan perlu diperkuat dengan langkah preventif untuk menghindari dampak krisis air yang berkepanjangan. Senin (21/8/2023).

Fakta dilapangan, seperti halnya dialami warga Dukuh Bendorejo, Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, 

Untuk kebutuhan memasak, Sunari biasanya membeli air bersih dengan harga Rp 4.000/ jerigennya.

Mirisnya satu jerigen air tersebut, ungkapan Sunari habis dalam waktu 2 sampai 3 hari saja.

"Khusus masak 1 minggu itu habis 3 jeriken, satu jerikennya untuk dua hari, satu jeriken harganya Rp 4.000 khusus untuk masak," ujarnya saat ditemui Kabarsukowati.

Lanjut Sunari, untuk minum harus membeli galon air minum isi ulang. Dimana, ia membeli galon setiap 3 hari sekali.

"Untuk minum beli galon isi ulang, setiap 3 hari sekali, itu Rp 4.000 per galon," jelasnya.

Warga Poleng ini, satu minggu, Sunari harus mengeluarkan biaya Rp 20.000/minggu, atau Rp 80.000/bulan hanya untuk kebutuhan air bersih.

Hal yang sama juga dirasakan Sinem, rela mencari air bersih guna mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Lantaran, untuk membeli galon air minum, Sinem menempuh jarak hingga 2 kilometer.

"Yang jerigen itu ada yang diantar, tetapi karena saya untuk membeli galonnya beli di agen dekat kecamatan Gesi itu, ya bagi saya lumayan jauh, kurang lebih 2 kilometer," ujarnya.

Menurutnya, dengan kondisi saat ini, harus mengirit pengeluaran rumah tangga yang lain.

Karena bagaimanapun, kebutuhan air bersih itu yang premier.

"Hasilnya kebutuhan lainnya jadi korbannya, yang penting dapat air bersih untuk kebutuhan," ujarnya.

Disisi lain, untuk kebutuhan seperti mandi dan mencuci, warga Dukuh Bendorejo biasanya mengambil air dari sumur atau mengandalkan bantuan tadahan air bersih dari Pemerintah. (San)

Tinggalkan Komentar

Komentar