Hemat Air, Masjid Jami’ Sukodono Olah Air Bekas Wudhu

SRAGEN, Kabarsukowati – Masjid Jami’ Sukodono menjadi masjid pertama yang mengelola sisa air wudhu agar tak terbuang sia-sia. Melalui bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sragen dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen dibuatkan sistem konservasi air untuk menghemat.

Takmir masjid Nasihul Anshori menyampaikan untuk kebutuhan air bersih untuk masjid yang berada di lingkungan pasar Sukodono, dukuh Harjosari, Desa Majenang, Kecamatan Sukodono ini cukup tinggi. Pasalnya berada di lingkungan pasar, penggunaan air juga dipakai para pedagang, selain dari jamaah warga sekitar.


”Sebenarnya untuk masjid ini, airnya tersedia. Tapi karena dekat dengan pasar, pedagang dan pengunjung ada yang sholat disini, maupun nunut bersuci disini, ini termasuk masjid Poros,” ujarnya Kamis (1/12).

Pihaknya bersyukur, Masjid Jami’ Sukodono menjadi pioner dalam program kerjasama antara DPU Sragen dan Baznas Sragen terkait pengolahan air. Dia berharap dengan ini bisa menekan pengeluaran biaya PDAM. ”Sebulan lumayan tinggi, untuk bayar PDAM bisa sampai Rp 700 ribu,” terangnya.

Anshori menjelaskan untuk kebutuhan air, warga sekitar bergantung pada PDAM. Karena kondisi akir tanah sulit didapat. ”Air tanah disini susah, kedalaman diatas 50 meter, kalau PDAM dekat sini macet ya sudah, (kelangkaan air, red),” jelasnya.

Sementara Kepala DPU Sragen R. Suparwoto menjelaskan untuk pengolahan air ini bukan dari toilet. Selain itu, sudah melalui uji laboratorium untuk memastikan kemurnian dan kebersihan. ”Jadi air yang sudah dipakai untuk beberapa kegiatan, termasuk wudhu,” jelasnya.

Dia menjelaskan ada 4 kali penyaringan untuk menghasilkan air kembali bersih. Penyaringan pertama terdiri dari bata dan ijuk untuk mengendapkan kotoran. Kemudian kedua penyaringan menggunakan zeolid, kemudian penyaringan  ketiga melalui pasir silica dan keempat penyaringan melalui kapas. ”Setelah itu air bisa dimanfaatkan lagi dan kembali bersih,” terangnya.

Dia menjelaskan untuk proses perawatan penyaringan diganti minimal setiap tiga bulan. Setelah air bersih, bisa disalurkan ke penampungan di bawah seluas 6 kubik. Kemudian disalurkan ke Tandon. ”Hasil labkesda, airnya jadi air baku. Bisa dimanfaatkan untuk menyeduh air minum,” terangnya.

Suparwoto menyampaikan untuk masjid Jami’ Sukodono menjadi yang pertama. Lantas demi kelangsungan air bersih, tidak ada salahnya jika ditiru tempat atau fasilitas umum lainnya. Soal anggaran, pembuatannya dari Rp 25 juta dari anggaran Baznas Sragen.

Sementara Ketua Baznas Sragen Mustaqim menjelaskan awalnya ada pembicaraan dengan DPU Sragen dan disampaikan ke Baznas. Karena itu merupakan ide bagus, akhirnya ditindaklanjuti. Untuk instalasi sekitar Rp 25 juta. ”Kalau ini pertama di Sragen, saya tidak tahu diluar,” jelas dia.

Pihaknya menyampaikan salah satu memilih Sukodono, agar menjadi percontohan. Selain melihat kondisi alam, air cukup sulit didapat ketika musim kemarau. ”Kami terbuka untuk membantu warga terkait ketersediaan air. Kami harap bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.(aza)



Tinggalkan Komentar

Komentar