Bos-Bos Besar Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bocorkan Dana Kemanusiaan

NASIONALKabarsukowati-- Pendiri dan penglola Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ditenggarai menggunakan dana umat untuk kepentingan pribadi. Akibat regulasi lemah, dana donasi dari kedermawanan masyarakat Indonesia untuk membantu sesama masuk ke perut bos-bos besar ACT. Berdiri sejak tahun 2005, selama tujuh belas tahun memimpin Aksi Cepat Tanggap. Ahyudin lengser pada 11 Januari lalu. Ketika berkunjung ke kantor Tempo pada Jumat, 1 Juli lalu. Ahyudin bercerita bahwa pada 11 Januari datang rombongan sebanyak 40 orang ke ruang kerjanya. Mereka dipimpin tim Pengawas Yayasan ACT. Hadir juga Presiden ACT Ibnu Khajar serta anggota Dewan Pembina ACT, Imam Akbari dan Hariyana Hermain.


Menurut keterangan Ahyudin, mereka memaksa dia menandatangani surat pengunduran diri hari itu juga.l Ahyudin meminta kelonggaran waktu satu malam untuk berpikir namun di tolak dan mengancam tidak akan keluar ruangan sebelum dia tanda tangan. Ujar Ahyudin. Tak mau ada keributan, Ahyudin menandatangai surat pengunduran diri dan melepas jabatan tertinggi ACT dan organisasi terkait lain, ia kini mendirikan Global Moslem Charity. 

Namun tanggapan tersebut dibantah oleh Presiden ACT Ibnu Khajar. Ia mengatakan para petinggi ACT meminta Ahyudin mundur baik-baik. Dewan Syariah ACT pun memberi nasihat untuk segera meregenerasi pimpinan lembaga itu kata Ibnu saat menyambangi kantor Tempo pada Selasa 28 Juni lalu.

 

Ibnu enggan menjelaskan alasan petinggi ACT meminta Ahyudin mundur. Namun sejumlah narasumber yang ditemui Tempo sejak Januari lalu mengatakan mundurnya Ahyudin disebabkan oleh krisis keuangan yang melanda ACT. Indikasinya, lembaga yang mengumpulkan rata-rata Rp 540 miliar per tahun pada 2018-2020 itu memotong gaji karyawan hingga lebih dari 50 persen pada Oktober- Desember 2021. 


Permasalahan yang timbul mulai dari kesaksian seorang karyawan ACT yang menunjukkan bukti transfer gaji bulan Oktober lalu, yaitu Rp 5.931 juta. Padahal sebelumnya menerima gaji utuh sebesar Rp 14, 1juta. ACT juga menghilangkan fasilitas makan siang yang saban hari tersedia di lantai 9, 10, 11 dan 22 menara 165, Pasar Minggu Jakarta Selatan, kantor pusat ACT. Di tengah kondisi tersebut, muncul pesan elektronik berisi permintaan pencairan dana Rp11.726 miliar untuk pembangunan Masjid Dermawan dan kawasan pesantren Peradaban tahan II. Dua proyek tersebut bertempat di kampong halaman Ahyudin Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Tasikmalaya Jawa Barat. Duit itu diminta dicairkan pada Senin, 3 Januari lalu.

Rekening penerima atas nama Rosman, adik kandung Ahyudin. Sontak dalam waktu singkat informasi beredar di berbagai grub karyawan, disusul pesan berantai mengenai rencana menggulingkan Ahyudin.


Ditemui Tempo di rumahnya Cintabodas, Rosman membenarkan adanya rencana pembangunan pesantren dan masjid namun tidak ada uang yang di transfer. Senior Vice President ACT Hariyana Hermain juga membantah ada transfer dana Rp 11 miliar ke rekening Rosman.

Krisis keuangan yang melanda ACT disebabkan oleh berbagai pemborosan, missal, gaji petinggi ACT yang fantastis. Gaji Ahyudin sebagai Ketua Dewan Pembina disebut-sebut lebih dari Rp. 250 juta per bulan. Gaji yang fantastis juga diterima oleh pejabat di bawah Ahyudin.

Dua mantan petinggi saat ditemui Tempo membenarkan besaran gaji tersebut. Keduanya bercerita dalam setahun gaji yang diterima mencapai 18 kali karena beraneka ragam bonus.


Tidak hanya menerima gaji besar, para petinggi ACT mendapat fasilitas mobil. Ahyudin mendaoat fasilitas tiga mobil. Dan pejabat dibawahnya hingga tingkay vice president mendapat Pajero Sport. Direktur eksekutif dan direktur masing-masing mendapat Toyota Innova dan Avanza.

Ahyudin mengklaim mengembalikan 25 persen gajinya setiap bulan ke rekening ACT sebagai donasi. Ia membenarkan ihwal fasilitas mobil dan perjalanan dinas kelas satu yang diterimanya. Namun ia mengatakan fasilitas itu sesuai dengan plafon yang telah disetujui semua pemimpin ACT. Adapun Presiden ACT Ibnu Khajar mengatakan faktor mobil mewah itu turut menyebabkan peristiwa 11 Januari, yaitu lengsernya Ahyudin. “Inilah kenapa akhirnya terjadi peristiwa Januari, supaya kebijakan ini segera berhenti,” ujar Ibnu. Tapi Ibnu membantah kabar nominal gaji yang fantastis. “Angkanya tidak sebesar itu.” Ibnu Khajar mengklaim ACT telah mengakhiri segala kemewahan itu. “Saya sebagai Presiden ACT sekarang pakai Innova,” ujarnya. Ia menyatakan semua mobil mewah yang dimiliki ACT dijual untuk menambah dana lembaga. Adapun Direktur Komunikasi ACT Ade M. Yusup mengatakan kini mobil dinas petinggi ACT tak bersifat personal dan bisa digunakan untuk kegiatan dinas anak buahnya.


DUGAAN penyelewengan duit Aksi Cepat Tanggap jugaterjadi di luar Jakarta. Tempo menemukan kasus dugaanpenggelapan pada program Lumbung Ternak Wakaf diBlora, Jawa Tengah, yang dikelola Global Wakaf Corporation yang terafiliasi dengan ACT. Ini adalah program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui sistem peternakan berbasis wakaf. Dokumen investigasi internal Global Wakaf yang diperoleh Tempo menyebutkan pengelola Lumbung Ternak Wakaf Blora melaporkan ada 12.104 ekor kambing yang dipelihara di berbagai kandang ternak milik warga padaApril dan Mei 2019. Hasil investigasi Global Wakaf justru menunjukkan hanya ada 2.196 ekor kambing. Artinya, lebih dari 9.900 kambing raib Presiden Aksi Cepat Tanggap Ibnu Khajar membantah ada penggelapan kambing dalam program Lumbung Ternak Wakaf di Blora. Ia justru menuding tim auditor tak mengecek semua kandang warga. “Saat tim auditor datang, sebagian warga yang dititipi kambing menolak dicek,” ucapnya. Program Lumbung Ternak Wakaf dihentikan pada awal 2020. Ibnu Khajar mengatakan program itu dihentikan karena Aryanto meninggal akibat Covid-19. Memang Aryanto meninggal akibat Covid, tapi bukan pada 2019, melainkan pada 2021.


ACT mendapat dana sekitar Rp 135 miliar dari Boeing untuk membangun 91 sekolah. Pembangunan sekolah itu merupakan bagian dari kompensasi Boeing kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-610 yang jatuh pada 29 Oktober 2018. Lokasi pembangunan sekolah ditentukan oleh keluarga korban.


Namun sebagian duit Boeing tersebut diduga digunakan untuk menutup pembiayaan program Aksi Cepat Tanggap lainnya. Dua mantan petinggi ACT mengatakan praktik seperti itu biasa dilakukan di lembaga tersebut. Presiden Aksi Cepat Tanggap Ibnu Khajar mengatakan realisasi program sosial Boeing yang dilaksanakan lembaganya molor karena kendala pandemi. “Ada kendala teknis. Kami minta waktu tambahan ke Boeing dan mereka memahami,” katanya. (Sumber: Tempo.co)

 

Tinggalkan Komentar

Komentar