Banyak Domisili Bidan Desa Tidak Mblabak, Pengaruhi AKI dan AKB

SRAGEN, Kabarsukowati – Domisili Bidan Desa Pengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sragen. Selain karena pandemi Covid-19, Kematian Ibu pada 2021 lalu cukup tinggi ditengarai banyak bidan desa yang tidak tinggal dan berdomisili di desa tempatnya bertugas.   


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr. Hargiyanto peran bidan sangat penting, terutama untuk menolong ibu hamil. Pihaknya menyampaikan di Sragen saat ini ada 4500 ibu hamil dengan resiko tinggi, dari total 14.000 ibu hamil. Pada Ibu hamil Risti tersebut rentan terjadi AKI.

Selain itu data AKI di Sragen juga cukup tinggi pada 2021 lalu. Dia menyebut ada 37 ibu hamil yang meninggal. Salah satu alasannya masih dalam situasi pandemi Covid-19. Sedangkan untuk bayi sejumlah 111 yang meninggal.

Lantas AKI pada awal Juli 2022 ini sudah terjadi 4 kasus dan 60 AKB. Pihaknya berharap sampai akhir tahun tidak ada penambahan. Lantas peran bidan diantaranya membentuk kader kesehatan, difokuskan untuk pengawasan ibu hamil risti. ”Kader diberi pemahaman terkait seperti apa Ibu hamil yang risti, kemudian diarahkan untuk periksa ke dokter,” terangnya.

Soal adanya bidan yang tidak berdomisili di desa tempat bertugas atau mblabak, Hargiyanto menjelaskan ada lebih dari 30 bidan dari 196 desa di Sragen. Persoalannya pada umumnya sudah terlanjur membangun rumah yang berbeda dari tempat tugasnya. ”Biasanya sudah sepuh, usia diatas 40 tahun. Banyak juga yang akan pensiun,” ujarnya.

Selain itu ada desa yang belum terisi Bidan desa, yakni desa Kalangan Kecamatan Gemolong. Hargiyanto tidak menampik untuk penataan cukup rumit. Sedangkan desa yang kosong, bidan desanya dirangkap.

Sementara Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan ada beberapa bidan yang tidak menetap dengan alasan yang beragam. Seperti sudah senior, selain itu tempat tugas dengan jarak rumah hanya 2-3 kilometer atau tetangga desa.

”Saya minta diaudit lagi satu persatu. Aturan wajib dipatuhi, tapi ada namanya kebijaksanaan. Jadi perlu digali,” ujarnya.

Dia menekankan untuk domisili bidan, bagian dari komitmen menurunkan AKI dan AKB. Jika seorang bidan terlalu jauh dari desa, ketika diperlukan akan sulit ditemui. Bahkan hanya bertugas di desa pagi hari saja, sementara sore praktik mandiri di wilayah yang jauh.

Lantas soal mencegah AKI dan AKB, Yuni memastikan bidan sudah tau Ibu hamil yang resiko tinggi. Sehingga perlu segera dirujuk ke rumah sakit yang kompeten dari Klinik Pratama. ”Jangan dirujuk ke klinik utama, karena di klinik utama itu tidak boleh melakukan operasi, harus ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap,” tegasnya.

Sementara Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sragen E. Tyas Damai menyampaikan bidan tetap semangat dalam bertugas dan pelayanan. Lantas IBI terus mendorong bidan desa untuk menjalankan tugas profesional. Selain itu harus kolaborasi dengan semua pihak untuk menekan resiko ibu hamil.(aza)

Tinggalkan Komentar

Komentar