Sulami Mas Pentik Kendalikan Penyebaran DBD

Tanon,Kabarsukowati – Puskesmas Tanon 2 terus melakukan upaya pengendalian Kasus Dengue demam berdarah (DBD). Tindakan tersebut dilakukan menyusul masih aktifnya temuan kasus DBD yang dialamai warga sekitar. Wilayah Tanon 2 yang masuk dalam kawasan endemis menyebabkan petugas kesehatan ekstra dalam melakukan penanganan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue,  ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes. Demam berdarah dengue banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). 

Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain:  rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan dimana banyak timbul genangan-genangan air di sekitar pemukiman seperti talang air, ban bekas, kaleng, botol, plastik, gelas bekas air mineral, lubang pohon, pelepah daun dan lain-lain.

Gejala awal demam berdarah dengue antara lain: demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi demam berdarah 3 s/d 14 hari tetapi pada umumnya 4 s/d 7 hari.


Informasi yang dihimpun reporter Kabarsukowati.id, DBD masih menjadi ancaman masalah kesehatan serius. Penyakit ini dinilai tidak hanya berdampak terhadap sektor kesehatan, namun juga sektor sosial dan ekonomi masyarakat. Hal itu memicu petugas kesehatan ekstra melakukan upaya pencegahan. Sebab setiap tahunnya terdapat pasien harus menjalani perawatan akibat DBD. 

Petugas P2P Puskesmas Tanon 2 Hariyanto menyampaikan, wilayah puskesmas tanon 2, termasuk wilayah endemis DBD. Setiap tahunnya pasti ada pasien yang menjalani perawatan. Mengantisipasi lonjakan pasien dan ancaman DBD maka Puskesmas melakukan upaya inovasi melalui program Suluh Malam Hari Masyarakat Perduli Jentik alias Sulami Mas Pentik.

Ditambahkan Hariyanto, Program Suluh jentik malam hari dilakukan agar lebih evektif. Malam hari merupakan waktu efesien untuk sosialisasi serta sulam jentik di masyarakat. ”Tujuan program ini diantaranya menurunkan angka kasus DBD. Selain itu masyarakat semakin sadar akan pola hidup sehat dan waspada terhadap keberadaan jentik nyamuk,” tuturnya. 


Kepala Puskesmas Tanon 2 dr. Rita Wulandarai mengaku, kasus DBD kembali bermunculan di wilayah Puskesmas Tanon 2. Sehingga Inovasi Sulami Mas Pentik kembali diaktifkan. Gerakan tersebut dinilai terbukti efektif mengendalikan penyebaran DBD. Sebab gerakan tersebut dilaksanakan serentak melibatkan petugas kesehatan beserta seluruh elemen masyarakat. 

”Melalui gerakan ini Puskesmas Tanon 2 dapat meminimalis kasus DBD hingga zero,” ungkapnya. (Suf) 


Tinggalkan Komentar

Komentar