Jelang Ramadan Kebutuhan Meroket, Menteri Perdagangan Dinilai Gagal

SRAGEN, Kabarsukowati – Kondisi bahan kebutuhan Pokok terus meroket menjelang bulan Ramadan. Sedangkan tindakan Kementerian Perdagangan dinilai gagal berimbas menyetabilkan harga dan ketersediaan kebutuhan minyak goreng. Lantas korporasi besar berperan dalam permainan komoditi kebutuhan pokok.

Anggota Komisi IV DPR RI Luluk Nur Hamidah memantau situasi harga pangan di Pasar Bunder Sragen Rabu (9/3) pagi. Dia melihat fluktuasi harga di Kabupaten Sragen. ”Temuan yang kita dapati rata-rata kenaikan harga bahan pangan antara Rp 3.000 sampai Rp 10.000. Seperti telur mulai merangkak, kedelai sudah di eceran Rp 15.000, demikian juga cabai dan minyak goreng yang langka,” ujarnya.


Laporan pedagang, agar mendapat satu dus minyak goreng dengan isi 12 bungkus, disyaratkan membeli barang lainnya dengan nilai antara Rp 1-2 juta dari distributor. Padahal belum tentu dibutuhkan pedagang untuk dijual kembali.

Dia mengingatkan pemerintah, khususnya kementerian yang menangani masalah tersebut. Jangan sampai harga semakin tidak terkendali menjelang Ramadan dan Idul Fitri. ”Minyak goreng sampai detik ini kenapa belum bisa terurai? Dari hulu pemerintah semestinya sudah tahu,” geramnya.

Bahkan timbunan Minyak Goreng sejumlah 1,1 juta liter di Deli Serdang Sumatra Utara dianggap angin lalu. ”Kalau masyarakat biasa sudah dikriminalisasi, namun pihak korporasi tersebut tidak dikenai sanksi apapun,” singgungnya.

Pihaknya juga menyayangkan kinerja menteri Perdagangan yang tidak memberi dampak apapun. Padahal sering mangkir pertemuan dengan DPR RI dengan alasan tengah turun ke bawah untuk melihat kondisi di lapangan. ”Jadi menteri mengecek itu dampaknya apa? Jadi harus bisa menyetabilkan dan mencukupi ketersediaan terutama minyak goreng,” tegasnya.

Hasil temuannya di Pasar Bunder Sragen akan disampaikan pada Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan. Karena dalam waktu dekat ada rapat gabungan antara Komisi IV, komisi VI dan Komisi VII terkait kelangkaan dan kenaikan harga pokok.

”Masyarakat hanya butuh bahan kebutuhan pokok dengan harga yang stabil dan tersedia. Warga juga nggak kenal menterinya,” kata Luluk.

Sementara untuk kondisi harga kedelai berimplikasi luas ke pengusaha tahu dan tempe hingga petani kedelai. Selama kedelai tidak menjadi komoditas strategis, situasi melambungnya harga kedelai akan terus berulang. ”Impor kedelai harus ada batasan. Jangan sampai dibebaskan sebebas-bebasnya sehingga bisa dimainkan oleh importir,” tuturnya.

Sementara Kepala Pasar Bunder, Sugino menyampaikan saat ini kenaikan harga hampir merata. Namun yang cukup dirasakan yakni minyak goreng dan kedelai. ”Kalau minyak barangnya sekitar Rp 19 ribu ke atas, itupun tidak banyak. Kalau eceran kedelai Rp 15 ribu, dari tengkulaknya Rp 13 ribu,”tuturnya.

Tinggalkan Komentar

Komentar